Peringatan 17 Agustus, Ada Lomba Mendaki Rinjani - Badan Promosi Pariwisata Daerah Nusa Tenggara Barat (BPPD NTB) gencar promosi wisata lewat lomba pendakian Gunung Rinjani dan pembuatan film berjudul Jangan ke Lombok Nanti Nggak Mau Pulang. Mereka juga tengah menyiapkan video promosi yang disisipkan dalam penerbangan internasional Garuda Indonesia. Media-media itu diluncurkan demi meramaikan peringatan Hari Ulang Tahun Indonesia pada 17 Agustus 2014 dan menyambut ulang tahun NTB 17 Desember 2014 mendatang.
"Kami melakukan promosi, bukan orientasi anggaran," kata Ketua BPPD NTB Taufan Rahmadi sewaktu merilis acara tersebut pada Rabu Siang, 13 Agustus 2014. Diharapkan lomba pendakian Rinjani yang diselenggarakan bersama Mahasiswa Pencinta Alam Fakultas Ekonomi Universitas Mataram pada 14-19 Agustus 2014 dapat menarik wisatawan muda. Apalagi pemerintah daerah menyiapkan hadiah Rp 35 juta untuk lomba tersebut. Adapun biaya yang digelontorkan pemerintah dalam pembuatan film oleh Symphony Creative, Kyma Production, sebesar Rp 15 juta.
Ketua Panitia Pendakian Rinjani Agus Jayadi Putra menyebutkan target peserta yang ikut sebanyak 50 tim dengan anggota maksimal empat orang. Di antara peserta yang sudah mendaftar terdapat wisatawan mancanegara, antara lain, asal Bulgaria. "Lomba meliputi lintas gunung, bersih-bersih sampah, fotografi, memasak. Setelah itu wisata sekitar Rinjani," ujarnya. Agus mengatakan pada hari kemerdekaan akan digelar pula upacara di puncak gunung. Proses ini adalah upaya mendukung kawasan Gunung Rinjani menjadi geoparkinternasional.
Mengenai film Jangan ke Lombok Nanti Nggak Mau Pulang, sutradara Dwianto Achmad Fikri mengatakan akan menampilkan obyek wisata yang belum banyak diketahui wisatawan di seputaran Pulau Lombok. "Pengambilan gambar dilakukan sejak dua bulan lalu," ucap Dwi merujuk pada kawasan Pantai Semeti dan Pantai Kondo.
Selain kegiatan tersebut, BPPD NTB juga akan menggelar simposium pengembangan pariwisata yang berkelanjutan pada 29-31 Agustus 2014. Sebanyak 25 pembicara geologi internasional dihadirkan. "Semua pembicara diwajibkan mengenakan pakaian adat," kata Taufan. - Tempo