Buku Chairul Tanjung si Anak Singkong - Pengarang Tjahja Gunawan Diredja - PT Kompas Media Nusantara, Jakarta - Juni 2012
Awal cerita dari buku ini mengisahkan tentang suatu moment yang sangat berkesan buat Chairul Tanjung (CT) dimana ia diberitahukan oleh ibunya bahwa uang kuliah yang telah di berikan kepadanya adalah uang hasil menjual kain halus.
Mengetahui hal tersebut maka ia pun kemudian bertekad untuk tidak lagi memberatkan orang tuanya dan akan membiayai sendiri kuliahnya di FKG UI yang saat kejadian itu masih duduk di semester 1.
Cerita pun berlanjut melihat masa lalunya yang sebenarnya juga bukan berasal dari keluarga yang miskin karena sebelumnya mereka sempat memiliki beberapa perusahaan percetakan dan showroom mobil.
Namun karena tidak setuju dengan pemerintahan orde baru maka usaha pun menjadi bangkrut dan tinggallah mereka kemudian di gang Abu, Jakarta Pusat.
Tuturnya, pada th. 1970-an, adalah satu diantara lokasi terkumuh di jakarta. Jalanan tanah, becek, dan banjir saat hujan. Semua tempat tinggal di lokasi ini adalah tempat tinggal petak kecil, beratap pendek, dinding tambal sulam, dan tidak ada bangunan bertingkat.
Pada kalimat-kalimat selanjutnya lebih banyak menyenangkan bagi mereka yang ingin mengetahui bagaimana kisah CT membangun kerajaan bisnisnya, karena setelah berkisah tentang keluarganya, ia mulai berkisah bagaimana ia memulai bisnisnya di bawah tangga kampus UI yang waktu itu masih di Salemba dengan membuka usaha foto copy di kampusnya.
Lantas masuk ke bisnis alat-alat kedokteran gigi buat memenuhi keperluan rekan-rekannya. Cerita yang ia sampaikan walaupun terkesan melompat-lompat menurut saya tampaknya banyak moment berkesan yang ingin ia sampaikan pada saat awal ia membangun kariernya.
Moment membangun karier inilah yang kemudian menjadi salah satu bagian yang cukup banyak dibahas mulai dari bagaimana ia berhubungan baik dengan para petinggi kampus, sehingga sedikit banyak usahanya menjadi lancar sampai bagaimana ia membagi waktu diantara belajar sebagai mahasiswa, memulai bisnis dan kehidupan kesehariannya dimana ia menggambarkan diri sebagai seorang yang simpel dan mempunyai banyak teman.
Bagian selanjutnya dari buku ini mengisahkan proses pengambil alihan Bank Karman yang kini menjadi Bank Mega yang menjadi tonggak lonjatan usahanya, hingga membangun Trans TV, kemudian membeli Tv7 dan mengubah namanya menjadi Trans 7 hingga yang menjadi polemik seperti pembelian saham Carrefour pun ia jelaskan di buku ini.