Ekspor batik Indonesia meningkat dari 32 juta dolar AS pada 2008 menjadi 300 juta dolar AS pada 2013. "Negara tujuan ekspor batik terbesar adalah Amerika Serikat, Jerman dan Korea Selatan," kata Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian Panggah Susanto di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan dengan tingginya minat pasar mancanegara tersebut, maka penting adanya perlindungan hak karya intelektual perajin untuk menjamin keunggulan industri dan perdagangan.
"Kementrian (Perindustrian) berupaya memberikan perlindungan untuk perajin batik dalam memberikan fasilitas pemberian merek, hak paten, rahasia dagang ataupun desain industri," katanya.
Dengan upaya ini ia berharap tidak akan ada pembajakan oleh masyarakat Indonesia sendiri atau oleh pengusaha dari negara lain.
Pembina Yayasan Batik Indonesia, Dodi Supardi mengatakan batik Indonesia tidak mengenal batik printing yang banyak dilakukan oleh pengusaha tekstil Indonesia. "Batik Indonesia yang asli hanya ada tiga yaitu batik tulis, batik cap dan batik kombinasi tulis dan cap," kata dia.
Untuk menjaga keaslian batik Indonesia ia sedang berusaha agar batik-batik printing yang bukan dari Indonesia diberi tulisan di kain tersebut bahwasanya itu batik printing.
Selain itu untuk membedakan batik tulis dengan yang lain pihaknya mengupayakan agar batik tulis diberi label dengan tinta emas, batik cap dengan tinta perak dan kombinasi tulis dan cap dengan tinta putih. (*)Antara