Badai adalah cuaca yang ekstrem, mulai dari hujan es dan badai salju sampai badai pasir dan debu. Badai disebut juga siklon tropis oleh meteorolog, berasal dari samudera yang hangat. Badai bergerak di atas laut mengikuti arah angin dengan kecepatan sekitar 20 km/jam. Badai bukan angin ribut biasa.[3] Kekuatan anginnya dapat mencabut pohon besar dari akarnya, meruntuhkan jembatan, dan menerbangkan atap bangunan dengan mudah. Tiga hal yang paling berbahaya dari badai adalah sambaran petir, banjir bandang, dan angin kencang. Terdapat berbagai macam badai, seperti badai hujan, badai guntur, dan badai salju. Badai paling merusak adalah badai topan (hurricane), yang dikenal sebagai angin siklon (cyclone) di Samudera Hindia atau topan (typhoon) di Samudera Pasifik.
Penyebab badai adalah tingginya suhu permukaan laut. Perubahan di dalam energi atmosfer mengakibatkan petir dan badai. Badai tropis ini berpusar dan bergerak dengan cepat mengelilingi suatu pusat, yang sumbernya berada di daerah tropis. Pada saat terjadi angin ribut ini, tekanan udara sangat rendah disertai angin kencang dengan kecepatan bisa mencapai 250 km/jam. Hal ini bisa terjadi di Indonesia maupun negara-negara lain. Di dunia, ada tiga tempat pusat badai, yaitu di Samudera Atlantik, Samudera Hindia, dan Samudera Pasifik. Badai horor dan mematikan memiliki nama-nama khas seperti Badai Joaquin (2015), Badi Sandy (2012), Badai Irene (2011) dan Badai Ike (2008). Otoritas terkait di Amerika Serikat (AS) memiliki penjelasan tentang penamaan badai-badai ganas tersebut.
Badai awalnya hanya diberi label dengan angka garis lintang-bujur. Ini untuk memudahkan para ahli meteor untuk melacak badai. Tapi, hal itu menyulitkan bagi orang yang mencari informasi agar lolos dari maut akibat badai yang menghancurkan. Para peramal cuaca pada akhirnya mengetahui bahwa nama-nama pendek dan khas untuk badai tropis dibutuhkan untuk memperbaiki komunikasi dan membantu menghindari kebingungan publik. Pada tahun 1950, Pusat Badai Nasional AS memulai praktik formal penamaan badai yang berkembang di lembah Atlantik. Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) sekarang memelihara dan memperbarui daftar nama-nama badai tersebut.
Badai pada awalnya diidentifikasi melalui alfabet fonetik, seperti Adam, Baker, Charlie, dan nama yang sama yang digunakan untuk setiap musim badai. Pada tahun 1953, organisasi tersebut merevisi metode yang membingungkan dan mulai menamai badai termasuk menggunakan nama perempuan. Sistem ini diubah lagi pada tahun 1979 menjadi seperti sekarang ini. Ahli meteorologi sekarang beralih antara nama wanita dan pria dari enam daftar yang digunakan dalam rotasi dan didaur ulang setiap enam tahun sekali. Itu berarti daftar nama badai pada tahun ini akan digunakan lagi pada tahun 2023.
Tidak ada nama Q, U, X, Y atau Z yang ada dalam daftar. Jika lebih dari 21 badai terbentuk dalam satu musim, seperti tahun 2005, ahli meteorologi menggunakan alfabet Yunani untuk memberi nama badai tambahan. Satu-satunya saat sebuah perubahan dibuat pada daftar nama badai atau topan adalah saat nama badai sudah pensiun. Menurut National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) atau Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional, nama badai terkenal yang sangat merusak dan mematikan telah dihentikan karena alasan historis dan hukum. WMO dalam pertemuan tahunan juga rutin memilih nama lain untuk menggantikan nama badai yang telah digunakan.
#Badai Harvey telah menghancurkan wilayah Texas. Tak lama kemudian, muncul Badai Irma yang mendatangkan malapetaka di Karibia dan kini sedang merusak wilayah Florida. Selanjutnya akan menyusul Badai Hurricane Maria dan Jose.