Tahun 2024 Indonesia Menjadi Negara yang Makmur

Tahun 2024 Indonesia Menjadi Negara yang MakmurSatria Piningit atau Ratu Adil merupakan mitologi yang mengatakan akan ada satu pemimpin sekaligus penyelamat. Awalnya ramalan tentang Satria Piningit atau pemimpin tersebut datang dari ramalan Prabu Jayabaya yang merupakan raja di Kerajaan Kadiri yang memerintah pada 1135 hingga 1157 dan Ramalan Ronggo Warsito seorang pujangga tanah Jawa yang lahir pada 15 Maret 1802. 

Adapula tanda-tanda kedatangan Satria Piningit adalah adanya kerusuhan sosial hingga bencana alam. Selain itu juga ditandai dengan jatuhnya raja besar yang ditakuti oleh seluruh warganya. Kemudian Satria Piningit akan menggantikan kepimpinan raja tersebut lalu memberikan kemakmuran bagi seluruh masyarakat yang ia pimpin.

Phinandhita Sinisihan Wahyu - Ramalan kedatangan satria piningit di Pilpres 2024 untuk memberikan kemakmuran. Tokoh ketujuh merupakan sosok pemimpin yang sangat religius dan segala tindakannya berdasarkan atas wahyu Allah SWT atau sinisihan wahyu. Pemimpin ini dipercaya akan membawa Indonesia menjadi negar yang gemah ripah lohjinawi. Sebaiknya kita berdoa agar bangsa dan negara Indonesia menjadi negara yang maju. - Ramalan Ronggo Warsito

Dalam Uga Wangsit Siliwangi tertulis bahwa Ratu Adil atau budak angon (kiasan dari orang atau golongan rakyat biasa) ditemani oleh pemuda berjanggut (orang yang dekat sebagai penasehat). Budak angon sendiri digambarkan sebagai pemuda yang mengembalakan daun dan rating pohon kering yang bisa diartikan sebagai pemuda yang mengembara membawa alat tulis guna menjalankan amanatnya mencari solusi di masa sekarang dari segala personalan yang telah terjadi di masa lalu demi menciptakan kedamaian dunia dalam kebaikan di masa depan.

Bung Karno pernah berkomentar tentang ramalan ini. "Tuan-tuan Hakim, apakah sebabnya rakyat senantiasa percaya dan menunggu-nunggu datangnya "Ratu Adil", apakah sebabnya sabda Prabu Jayabaya sampai hari ini masih terus menyalakan harapan rakyat ? Tak lain ialah karena hati rakyat yang menangis itu, tak habis-habisnya menunggu-nunggu, mengharap-harapkan datangnya pertolongan. Sebagaimana orang yang dalam kegelapan, tak berhenti-berhentinya menunggu-nunggu dan mengharap-harap "Kapan, kapankah Matahari terbit?". (Soekarno, 1930, Indonesia Menggugat)

Ramalan Jayabaya mungkin bisa dipahami secara ilmiah, bahwa manusia dan peradaban memang selalu bisa bangkit, hancur, dan bangkit lagi. Dan mungkin karena Jayabaya menyadari manusia bisa lupa, dia sengaja menulis ini sebagai peringatan agar manusia tidak lupa. Dan itulah satu tanda kearifan sang Prabu Jayabaya. Mungkin, ini juga dorongan pada manusia agar selalu berbesar hati, optimis. Bahwa di saat yang paling berat sekalipun, suatu hari akhirnya akan datang juga Masa Kesadaran, Masa Kebangkitan Besar, Masa Keemasan Nusantara.